Salju

Jumat, 04 Januari 2013

Sesungguhnya Segala Sesuatu ALLAH Jadikan Berpasang-Pasangan, Meliputi Dua Hal Yang Berbeda Namun Berhubungan dan Dua Hal Yang Berbeda Namun Berlawanan

Adalah Ini suatu perkara yang sebahagian kamu mengetahui, sedang arti hidup telah melampaui kamu tentang mengingat akan dia. Namun demikian, marilah benamkan wajahmu ke alam diri yang tiada berhujjah melainkan dengan sebenarnya. Inilah suatu kaji kehidupan secara terperinci untuk membuka akal dan hati kita melalui firman ALLAH Subhana wa Ta’ala yang berbunyi :
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.
Adz-Zaariyat : 049.
Pada hakikatnya mereka (perkara yang berpasang-pasangan) itu adalah segolongan walaupun berbeda hikmah lagi faedahnya, namun apabila mereka dipadu antara yang satu dengan yang lain niscaya sungguh..tiadalah mereka dapat dipisahkan dan jangan pula engkau pisahkan, melainkan demikianlah Fitrah lagi ketetapan ALLAH bagi makhluknya. Dan inilah beberapa perkara yang berpasang-pasangan, berbeda namun berhubungan dan tiada terpisahkan:
Pada Kehidupan
1. Awal dan Akhir
Ia adalah sesuatu yang berbeda namun tiadalah ia dapat dipisahkan melainkan akan selalu beriringan seiring masa pada kehidupan manusia. Seumpama manusia, ada kalanya awal kehidupan tiap-tiap manusia dan kemudian ada pula akhir atas kehidupannya. Atau adakalanya dunia ini diciptakan dan tentu ada pula kalanya dunia ini diakhiri ALLAH Tabaraka wa Ta’ala Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi di atas tiap-tiap sesuatu.
2. Hidup dan Mati
Adalah seumpama awal dan akhir, suatu kejadian bermula dan suatu kejadian itupun berakhir. Dan adalah ia dua hal yang amat berbeda adanya, namun tiadalah ia terpisahkan oleh suatu juapun.
3. Dunia dan Akhirat
Sungguh ia adalah dua hal yang amat berbeda, karena tiap-tiap makhluk  ALLAH yang telah melewati  dunia maka tentulah ia akan kembali kepada Rabb Semesta Alam menuju alam akhirat.
Firman ALLAH Ta’ala :
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, tentang dunia dan akhirat. Al-Baqarah : 219-22
4. Nyata dan Ghaib
Dua hal yang sedemikian adalah alam sadar dan tidak sadar, atau yang tampak dan tidak tampak, seumpama yang hidup dengan mati, atau dunia dan akhirat
5. Dan Lain Sebagainya
Pada Manusia
1. Laki-laki dan Wanita
Laki-laki adalah pasangan bagi wanita sedang wanita adalah pasangan bagi laki-laki dan janganlah ia mengambil yang sejenis dengan dia yang menyebabkan murka ALLAH atas dirinya dan atas segala yang besertanya dan demikianlah semestinya karena dia adalah dua hal yang berbeda namun berhubungan dan tiada terpisahkan, oleh karena merupakan suatu ketetapan dari sisi ALLAH Azza wa Jalla.
Firman ALLAH Ta’ala :
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” Faathir : 11
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan isterinya (Hawa); dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” An-Nisaa’: 001.
“dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan.” An-Najm:45.
“dan penciptaan laki-laki dan perempuan.” Al-Lail : 3
2. Ruh dan Jasad
Jikalaulah jasad tanpa ruh maka disebutlah ia mati, sedang jika ruh tanpa jasad maka sekali-kali tiadalah ia berada di alam dunia melainkan telah kembali pada genggaman ALLAH Tabaraka wa Ta’ala.
ALLAH Tabaraka wa Ta’ala Berfirman :
“dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan Jasad).” At-Takwir:7
Artinya bahwasanya Jasad dan ruh itu adalah sebagai berikut :
Jasad ialah perpaduan tulang, daging, otak dan hati itu beserta organ –organ tubuh yang lain itu sekaliannya, sedang ruh ialah perpaduan pikiran (akal) dan perasaan yang disatukan lagi dibungkus oleh ruh. Maka jika seorang manusia telah wafat, niscaya yang tersisa di muka bumi adalah jasad (tulang,daging, otak, dan hati dan organ tubuh yang lain) hingga seiring berlalunya masa niscaya raiblah daging dengan sekalian organ tubuhnya yang lain hingga yang tersisa hanyalah tulang, sedang ruh (Pikiran dan Perasaan dibungkus ruh) manusia yang telah wafat itu niscaya ruhnya itu telah kembali pada genggaman ALLAH hingga pada akhirnya semua manusia dibangkitkan dan dipersatukan kembali antara ruh dan jasadnya.
3. Otak dan Hati
Dalam dunia pengetahuan dikatakan bahwa otak dan hati adalah dua organ tubuh manusia, yang mana otak adalah salah satu organ pada bagian kepala manusia yang berisikan pikiran – pikiran yang terlahir daripadanya (Otak). Demikian pula dengan hati, ia adalah organ tubuh yang berisikan perasaan-perasaan tentang segala sesuatu yang tengah di hadapi manusia. Maka didalamnya terdapat hal yang ghaib dengan yang nyata. Otak adalah hal yang nyata, jikalaulah kepala manusia dibuka maka akan didapati atas apa yang dinamai dengan otak sedang ia bukanlah pikiran yang ghaib adanya dan hanya ada dimasa manusia itu hidup demikian pula halnya dengan hati, jikalaulah dada manusia dibuka maka tentulah akan didapati atas yang dinamai dengan hati, sedang yang ghaib adalah atas apa – apa yang berada didalamnya dengan ghaib (tiada berwujud) yaitu perasaan.
Seumpama bingkisan kado, otak dan hati ialah sampul sedang akal (pikiran) dan perasaan adalah isinya. Dan lagi seumpama jasad dan ruh, jasad adalah sampul yang membungkus ruh manusia.
Dan dalam hal ini, jikalaulah ada bagimu perfanyaan. Bagaimanakah gerangannya dengan akal (Otak) dan Hati yang tiada berpasangan??. Maka yang sedemikian itu, engkau serahkanlah akalmu pada dunia agar engkau menemui orang-orang yang berkenan disisimu dalam perkara urusan duniamu dalam mencari nafkah dan sebagainya, lalu bagaimakah gerangannya dengan hati?? Bagi yang belum menikah, maka agar hendaknya engkau menemukan sesiapa yang selayaknya bagi pasangan hatimu dalam perkara dunia menuju akhirat jikalaulah engkau dengan sebenar-benar memikirkan.
4. Tangan kiri dan Tangan Kanan
5. Kaki Kiri dan Kaki Kanan
6. Mata Kiri dan Mata Kanan
7. Telinga Kiri dan Telinga Kanan
8. Dan Lain sebagainya
Firman ALLAH Ta’ala :
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Al-Balad : 08-09
Dalam hal ini ALLAH Subhana wa Ta’ala berfirman :
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?. Adz-Dzaariyat : 20-21.
Pada Sesuatu Yang Disifatkan Kepada Manusia
1. Ilmu dan Pengetahuan
Seseorang yang mengetahui maka belum tentulah ia mengerti sedang seseorang yang mengerti tentu karena ia mengetahui, seumpama Otak dan Hati, maka pengetahuan tempatnya adalah didalam akal manusia, sedang ilmu adalah didalam hati. Oleh karena pengetahuan adalah dapat disampaikan pada yang lain sedang pengetahuan itu tiada berfaedah atas dirinya, dan ilmu adalah suatu yang dapat disampaikan kepada orang lain sedang ilmu itu berfaedah lagi berada atas dirinya.
Sesungguhnya pengetahuan itu hanyalah bagi dunia, sedang ilmu selayaknya adalah untuk akhirat. Seumpama pengetahuan duniawi manusia yaitu Fisika, Biologi, Ekonomi dan lain sebagainya yang adalah merupakan untuk dunia semata, sedang ilmu akhirat hanyalah satu saja yaitu Ajaran Syar’i dan sungguh bahwasanya ilmu akhirat (Agama) adalah satu derajat lebih tinggi daripada pengetahuan dunia yang sifatnya hanya sementara.
2. Iman dan Taqwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya..pada hakikatnya iman itu telanjang sedang pakaiannya adalah taqwa”.
Sebagaimana Firman ALLAH Subhana wa Ta’ala yang berbunyi :
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Al-A’raaf : 026.”
Maka ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya taqwa itu adalah alam pikir manusia (akal), sedang Iman itu ialah alam hati. Seumpama pengetahuan dan Ilmu, jikalaulah pengetahuan manusia ditujukan kepada Akhirat maka itulah takwa, demikian pula dengan ilmu yang ditujukan kepada akhirat (Ajaran Syar’i) maka itulah Iman. Sedang jika pengetahuan dan ilmu yang hanya ditujukan pada dunia niscaya binasalah perkara akhiratnya, seolah dunia adalah sebenar-benar syurga bagi mereka, dan demikianlah ALLAH mengkhiaskan bagi orang-orang jahil, kufur lagi kafir. Dan seiring menguatnya keimanan seorang hamba akan menguat pulalah ketakwaannya, sedang apabila keimanan seseorang itu menipis maka menipis pulalah ketaqwaannya.
3. Akhlak dan Sifat
Adalah Akhlak itu watak maupun perilaku yang digariskan oleh baik buruknya pola pikirnya (akal) yang ia tunjukkan dengan perkataan dan perbuatannya, sedang sifat adalah sesuatu yang digambarkan oleh hatinya hingga ia menunjukkan sifatnya melalui perkataannya, gerak langkahnya, raut wajahnya,  sorot matanya atau yang lain. Singkatnya Akhlak ialah segala sesuatu yang adanya didalam diri manusia, beralih keluar diri hingga agar bagaimana manusia yang lain menilai dirinya. Sedang Sifat ialah sesuatu yang adanya didalam diri dan tetap berada didalam diri, sedang jikapun ia keluar maka ia tetap bermanfaat atau tidak bermanfaat lagi berfaedah atau tidak berfaedah untuk dirinya sendiri.
4. Dan Sebagainya
Pada Dua Hal Yang Berbeda Yang Berpasang-Pasangan Namun Berlawanan Atau Bertolak Belakang
Jika segala sesuatu yang dilukiskan oleh yang sedemikian itu pada manusia, maka tentulah sepasang suami istri itu akan bercerai dan tiadalah mereka dapat dipadu melainkan jika kebaikan di antara keduanya itu dipertemukan. Pada hakikatnya mereka adalah berpasangan, namun oleh karena arti lagi makna daripada keduanya bertolak belakang niscaya mereka tiadalah dapat dipadu antara yang satu dengan yang lain.
Dan berikut adalah dua hal yang berbeda dan berlawanan :
1. Baik dan Buruk
Tiadalah kebaikan itu melainkan karena tiada baginya keburukan, dan tiada pulalah keburukan itu melainkan karena tiadalah jua baginya kebaikan.
2. Pahala dan Dosa
Pahala adalah suatu amalan baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan manusia yang menghasilkan kebaikan atas dirinya maupun orang lain dan sekali-kali tiadalah baginya kerugian itu. Sedang dosa adalah suatu amalan perkataan dan perbuatan manusia yang menyebabkan kerugian pada dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Syurga Dan Neraka
Inilah antara suatu nikmat dan azab setelah hari penghisaban yang dinanti-nantikan oleh manusia, sedang tiap-tiap amalan baik maupun buruk, amalan pahala dan dosa akan dibenarkan oleh syurga dan neraka yang sebahagian manusia mengingkarinya karena nikmat dunia yang sifatnya hanya sementara.
4. Dan Sebagainya
Yang sedemikian ini, agar kita segenap manusia hamba-hamba ALLAH mengingat lagi memanjatkan puji-pujian atas diri-Nya. Sedang kesemua ini adapun kutuliskan adalah sebagai tanda – tanda kebesaran ALLAH bagi orang – orang yang berpikir yaitu orang-orang yang sudilah kiranya baginya memikirkan.
Sebagaimana Firman ALLAH Ta’ala di atas :
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Al-A’raaf : 026.
Dan tidaklah aku mengambil tulisan ini dari yang lain, melainkan inilah kaji diri yang aku beroleh dari kehidupan ini. Dan tiadalah yang memikirkan selain daripada orang-orang yang berpikir, dan tidak pula merasakan melainkan hanya bagi orang-orang yang merasakannya lagi menggunakan perasaannya.
Wallahu Ta’ala A’lam
Jika terdapat suatu perkataan yang tiada berkenan bagimu, maka kepada ALLAH aku memohon ampun sedang kepada kamu sekalian aku memohon maaf.
Jazzakumullahu khairaan Katsiron.

Barang Siapa Yang Berkata Bahwa ALLAH Ta’ala Ada Dimana-Mana, Atau Berada Di Tiap – Tiap Tempat Seperti Pernyataan Kaum Jahmiyah Dan Yang Berkata Tidak Mengetahui Keberadaan ALLAH, Maka Ia Telah Sesat


Maha Suci ALLAH atas persangkaan para hamba-Nya, tiadalah ALLAH menghadirkan sesuatu yang batil daripadamu, melainkan ALLAH Subhana wa Ta’ala telah mengabarkan segala sesuatu yang hendaknya diketahui oleh manusia melalui suatu ketetapan dari sisi-Nya Yang Maha Mulia yaitu Al-Qur’an. Maka sekali-kali janganlah engkau mengambil dalil tentang sesuatu yang diluar dari pada ketetapan itu, barang siapa yang mengambil jalan yang lain selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul niscaya mereka itulah orang-orang yang merugi.
Sesungguhnya ALLAH telah mengabarkan kepada manusia pada ummat yang terdahulu dan yang kemudian bahwa ALLAH Subhana wa Ta’ala berada di atas arasy-Nya yang agung di atas lapisan langit yang tertinggi. Sebagaimana Firman ALLAH Ta’ala yang berbunyi : 
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.Al-A’raaf : 002.Firman ALLAH Ta’ala yang lain :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. Al-A’raaf :  054.
Dan perihal Dzat ALLAH, sekali-kali janganlah engkau mempertanyakan. Sedang yang memiliki zat itu hanyalah makhluk-Nya, ingatlah..ketika ALLAH Ta’ala menemui Nabi Musa Alaihissalam di atas bukit tur sina, lalu ALLAH berbicara kepada nabi Musa. Maka ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya yang menjumpai nabi Musa tersebut  hanyalah kalam-Nya (ucapan/perkataan) ALLAH semata dan tiadalah disertai dengan wujud maupun zat apapun dari sisi-Nya sehingga seakan ALLAH itu serupa dengan makhluk-Nya, sedang..sekali-kali..tidaklah demikian melainkan pengetahuan perihal yang sedemikian itu hanya berada disisi ALLAH Ta’ala semata. Maka janganlah engkau menjadikan sesuatu perkabaran yang ada disismu dengan mengambil perkabaran yang lain selain daripada atas apa-apa yang ALLAH dan Rasul-Nya tetapkan atas kamu dan kembalilah engkau pada dalil Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ( Al – hadist) dan janganlah sekali-kali engkau membolak-balikkan perkabaran ALLAH dan Rasul-Nya atas kamu, karena sesungguhnya ALLAH mengabarkan tiap – tiap sesuatu kepada para hamba-Nya ( Al – Qur’an) adalah agar menjadi suatu ketetapan bagimu dan agar kamu tiada melebih-lebihkan maupun mengurang-ngurangkan ketetapan ALLAH itu.
Wahai hamba-hamba ALLAH, maka janganlah sekali – kali engkau mengambil suatu perkabaran yang lain selain daripada perkabaran yang ALLAH dan Rasul-Nya tetapkan itu. Sedang yang sedemikian itu telah sampai perkarabarannya atas para sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Umar bin Khatab Radhiallahu Anhu berkata :
Artinya :
“Hanyasanya segala urusan itu dari sini”. Sambil Umar mengisyaratkan tangannya ke langit ” (Imam Dzahabi di kitabnya “Al-Uluw” hal : 103. mengatakan : Sanadnya seperti Matahari ).
Ibnu Mas’ud berkata :
Artinya :
“‘Arsy itu di atas air dan Allah ‘Azza wa Jalla di atas ‘Arsy, Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”.
Riwayat ini telah dinyatakan shahih sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Thabrani di kitabnya “Al-Mu’jam Kabir” No. 8987. dan Imam – imam yang lain.
Imam Dzahabi di kitabnya “Al-Uluw” hal : 103 berkata : sanadnya shahih,dan Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyetujuinya .
Tentang ‘Arsy Allah di atas air ada firman Allah ‘Azza wa Jalla.
“Dan adalah ‘Arsy-Nya itu di atas air”
Anas bin Malik menerangkan :
Artinya :
“Adalah Zainab memegahkan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia berkata : “Yang mengawinkan kamu adalah keluarga kamu, tetapi yang mengawinkan aku adalah Allah Ta’ala dari atas tujuh langit”.
Kemudian dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan :
“Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku dari atas langit”. . Yakni perkawinan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsyin langsung Allah Ta’ala yang menikahinya dari atas ‘Arsy-Nya.
Firman ALLAH Ta’ala di dalam surat Al-Ahzab : 37
“Kami kawinkan engkau dengannya “.
Imam Asy-Syafi’iy telah berkata :
Artinya :
“Dan sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya di atas langit-Nya”
Imam Ahmad bin Hambal pernah di tanya : “Allah di atas tujuh langit diatas ‘Arsy-Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya berada di tiap-tiap tempat.?
Jawab Imam Ahmad :
Artinya :
“Benar ! Allah di atas ‘Arsy-Nya dan tidak sesuatupun yang tersembunyi dari pengetahuan-nya”.
Imam Ali bin Madini pernah ditanya : “Apa perkataan Ahlul Jannah ?”.
Beliau menjawab :
Artinya :
“Mereka beriman dengan ru’yah , dan dengan kalam , dan sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla di atas langit di atas ‘Arsy-Nya Ia istiwaa”.
Imam Tirmidzi telah berkata :
Artinya :
“Telah berkata ahli ilmu : “Dan Ia (ALLAH) di atas ‘Arsy sebagaimana Ia telah sifatkan diri-Nya”.
Telah berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para imam- :
Artinya :
“Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta’ala di atas ‘Arsy-Nya Ia istiwaa di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah kafir dengan Tuhannya…”.
Telah berkata Syaikhul Islam Imam Abdul Qadir Jailani -diantara perkataannya- :
“Tidak boleh mensifatkan-Nya bahwa Ia berada diatas tiap-tiap tempat, bahkan mengatakan : Sesungguhnya Ia di atas langit di atas ‘Arsy sebagaimana Ia telah berfirman :”Ar-Rahman di atas ‘Arsy Ia istiwaa . Dan patutlah memuthlakkan sifat istiwaa tanpa ta’wil sesungguhnya Ia istiwaa dengan Dzat-Nya di atas ‘Arsy. Dan keadaan-Nya di atas ‘Arsy telah tersebut pada tiap-tiap kitab yang Ia turunkan kepada tiap-tiap Nabi yang Ia utus tanpa mepertanyakan :”Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas ‘Arsy-Nya ?”.
Dan ingatlah ketika Rasulullah menjumpai seorang budak wanita yang beriman kepada ALLAH dan kepada beliau, lalu beliau menguji kebenaran keimanan wanita itu dengan berkata : “Dimanakah ALLAH?”, wanita itu menjawab : Dilangit..(Arsy di atas tujuh lapis langit), kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membebaskan budak wanita itu.
Maka wajiblah hendaknya tiap-tiap mukminin lagi mukminah yang beriman kepada ALLAH dan Rasul-Nya untuk mengimani bahwa sesungguhnya ALLAH Ta’ala berada di atas Arsy-Nya di atas tujuh lapis langit, jikalaulah terdapat orang-orang di antara kamu yang berkata bahwa ALLAH ada dimana-mana, ALLAH ada di tiap-tiap tempat sebagaimana dinukil Imam Ibnu Katsir yang mengingkari penafisran kaum Jahmiyyah pada ayat ALLAH Ta’ala yang berbunyi :
Artinya :
“Dan Dia-lah Allah di langit dan di bumi, Dia mengetahui rahasia kamu dan yang kamu nyatakan, dan Dia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan “.
Sesungguhnya kaum jahmiyah menafsirkan ayat ini dengan berkata “bahwa ALLAH Ta’ala berada di tiap-tiap tempat”, Maha Suci ALLAH atas persangkaan manusia sedang kebenaran itu tiadalah atas mereka melainkan hanya mengira-ngira saja. Sedang arti daripada ayat tersebut adalah mengandung pengertian bahwa :
Dia-lah ALLAH, Tuhan bagi langit dan bumi beserta sekalian atas apa-apa yang berada di antara keduannya, Dialah yang disembah dan ditauhidkan dan ditetapkan bagi-Nya Ilaahiyyah oleh mahluk yang di langit dan mahluk yang di bumi, kecuali bagi mereka yang kafir baik dari golongan Jin dan manusia.
Sedang yang sesungguhnya ada dimana-mana itu maupun yang berada di tiap-tiap tempat itu adalah Ilmu-Nya, Kekuasaan-Nya, Kemuliaan-Nya, Pengetahuan-Nya, Kesucian-Nya dan yang lain sebagainya jika engkau mengetahui.
Demikianlah suatu perkabaran bagimu, maka sampaikanlah perkabaran ini kepada orang – orang yang bersamamu, orang – orang mukminin lagi mukminah agar kiranya tiada jua di antara mereka yang apabila di tanyakan: Dimanakah ALLAH? Niscaya tiadalah mereka berkata “tidak tahu”, seolah ia adalah orang mukmin yang tiada mengetahui dimana Tuhannya sedang mereka memelihara kejahilan (tiada berilmu) dan kebodohan didalam hati mereka. Wallahu A’lam Bish Showab..
Ya ALLAH..hadapkanlah wajah kami dengan sebenar – benar menghadap pada-Mu, langkahkanlah jiwa dan raga kami, serta hati dan akal kami pada jalan-Mu yang lurus, sesungguhnya Engkau membenci kesesatan kami. Maka..Ya ALLAH..janganlah Engkau hampirkan kesesatan yang akan memberatkan timbangan dosa kami pada hari berbangkit kelak..sedang seburuk-buruk mukmin adalah mukmin yang sesat. Allohumma Amin..

Mengenal Penyakit Hati, Sifat – Sifat Buruk Yang Mengajak Manusia Agar Cenderung Berbuat Dosa dan Kemaksiatan, Sombong Adalah Sifat Iblis, Beserta Cara Mengobati Dan Menanggulanginya

Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, semoga tetap padamu..
Bissmillahirrohmanirrohim..
” ….ketahuilah.. sesunguhnya didalam jasad itu terdapat segumpal daging, yang apabila segumpal daging itu baik dia maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila segumpal darah   itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, ketauhilah bahwa segumpal daging itu adalah hati “.
(hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Abi Abdillah An-nu’man bin Basyir)
Inilah suatu perkara yang bunyinya tiada bergeming dengan lidah melainkan atas apa-apa yang ada didalam hati manusia, penyakit hati merambat dari lingkungan sekitar hingga merasuk kedalam hati, akan bagaiamana sebuah hati menerjemahkan arti hidup ini. Jika hati itu baik, maka baiklah seluruh gerangan diri si pemilik hati itu, sedang jika ia buruk maka buruklah segala gerangan dirinya. Niscaya sekalian perkara yang buruk yang ada dalam hatinya itu akan melahirkan virus-virus maksiat yang menyebabkan hati itu lusuh dan menimbulkan penyakit sedang ia akan senantiasa bersuka ria dengan dosa oleh karena penyakit didalam hatinya.
Adapun perkara ini bermula  disebabkan lemahnya keimanan dan ketaqwaannya pada ajaran ALLAH, sedang ia senantiasa terpedaya dengan kesenangan duniawi yang sifatnya hanya sementara. Tenggelamlah ia kedasar laut yang dalam, merapuhkan kemuliaan, kesucian, beserta sekalian perkara kebaikan yang pernah bersemayam didalam hatinya, sehingga merugilah ia dengan sebenar-benar kerugian sedang ia tiada sadar.
Firman ALLAH Ta’ala :
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Al-Baqarah : 10
Sesungguhnya penyakit hati itu adalah sifat – sifat yang buruk yang ada didalam hatinya, dan sekalian keburukan itu adalah kendali dirinya sehingga ia terombang ambing di derunya gelombang pasang samudera kehidupan dunia yang fana ini.
Dan berikut adalah penyakit hati manusia :
1. Iri
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً ﴿٣٢
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. An-Nisaa:32
2. Dengki
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٠٩
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al-Baqarah:109.
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْياً بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ لِمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٢١٣
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.  Al-Baqarah: 213
3. Penghasut
adalah ia merupakan sifat yang hendak memecah belah persaudaraan lagi agar timbul bagi kedua belah pihak permusuhan dan kebencian dengan mempengaruhi sekalian keadaan di antara diri yang satu dengan yang lain.
4. Fitnah
  وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Al-Baqarah : 217
5. Khianat
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Ghafir : 019.
6. Mengeluh
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Al – Ma’aarij : 19
7. Pendusta
فَمَنِ افْتَرَىَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ مِن بَعْدِ ذَلِكَ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. Ali – Imraan : 094.
8. Cinta Dunia
seorang manusia yang mencintai dunia, niscaya ia akan  melupakan akhirat sedang hatinya berharap-harap jauh dari kematian lagi takut tibanya masa dimana malaikat merenggut nyawanya.
Firman ALLAH Ta’ala :
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُاْ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآَخِرَةِ فَلاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنصَرُونَ
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. Al-Baqarah : 86.
9. Ego
Inilah penyakit hati yang kerap menggerogoti hati manusia yang lebih mementingkan dirinya sendiri dari sekalian perkara manusia yang lain dalam urusan duniawinya.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: “Bersabda Rasulullah SAW: “ Tiga macam orang bukan saja tidak akan mendapat layanan dan ampunan pada hari kiamat kelak, bahkan akan mendapat siksa yang pedih, yaitu seorang yang mempunyai kelebihan air di tengah padang pasir, sedangkan ia tidak mau memberikannya kepada orang yang kehausan, seorang yang menjajakan barang dagangannya sesudah lewat waktu Asar sambil bersumpah dusta bahawa pokoknya sekian-sekian dan dipercayai oleh si pembeli dan seorang lagi yang membai’at pemimpin hanya untuk maksud manfaat keduniaan; apabila kelak maksudnya tercapai, ia patuh dan jika tidak, ia mungkir (berpaling tadah).”
(Muslim)
10. Cuek
Tiadalah ia beroleh arti atas tiap-tiap sesuatu yang ia lihat, dengar atau rasakan dan tidak pulalah ia beroleh hikmah lagi ibrah atas sekalian masa yang ia lalui.
11. Lalai
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Al-A’raaf : 205
12. Was-was (tergesa-gesa)
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Al-A’raaf : 201.
13. Khilaf
 وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al – Ahzaab : 005.
14. Jahil (Tidak berilmu)
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. Al-Qashas : 055.
15. Berburuk Sangka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Al – Hujuraat : 12.
16. Bakhil (Pelit)
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Al-Lail : 008.
17. Berputus Asa
قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat“. Al-Hijr : 056.
18. Pemarah
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Al-Anbiyaa’ : 087.
19. Dendam
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.  Al – Hijr : 47.
20. Dan Lain Sebagainya
Dan Inilah perkara penyakit yang terlebih tinggi derajat keburukannya bagi manusia yaitu sifat SOMBONG, Sombong adalah sifat makhluk ALLAH yang pertama kali ALLAH jadikan yaitu Iblis yang menyebabkan ia dikeluarkan dari syurga serta dilaknati ALLAH karena kesombongannya hingga hari kiamat. Dan inilah perkara sifat maupun penyakit hati yang kemudharatannya jauh melebihi kemaslahatannya untuk merajut sifat sombong tersebut, seumpama sebatang pohon, yang mana sombong adalah pohonnya sedang akar-akarnya adalah sebagai berikut :
1. ‘Ujub (Membanggakan Diri)
Ujub adalah suatu perkara sifat yang membinasakan karena merasa diri memiliki kelebihan yang menjadikan ia bangga terhadap dirinya sendiri.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” [Silsilah Shahihah, no. 1802]
2. Merendahkan Orang Lain.
adalah ia merupakan sifat yang teramat buruk karena tiadalah baginya menghargai apa-apa yang didapati maupun dimiliki orang lain, sekalian manusia disekitarnya adalah rendah karena ketinggian hatinya.
3. Taraffu (Suka Menonjolkan Diri)
inilah suatu penyakit hati yang senantiasa baginya berupaya agar dikenal banyak orang dengan segala daya dan upayanya yang buta, sedang hatinya busuk dan tiada pula baginya kebaikan atas segala apa-apa yang ia kerjakan.
4. Terlena Dengan Hawa Nafsu
Tiadalah ia pernah merasa puas dalam mengejar dunianya, dan ia senantiasa berharap lagi berupaya agar beroleh lebih dan lebih atas sekalian barang kehendaknya di muka bumi.
ALLAH Tabaraka wa Ta’ala Berfirman :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Shaad : 26
5. Riya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.  Al-Baqarah : 264.
6. Dan lain sebagainya
Cara Mengobati Penyakit Hati
Jika ada penyakit maka tentulah ada obatnya, sedang obat penyembuh dari sekalian penyakit ini tiadalah kamu hendak bersusah payah karenanya. Melainkan telah disampaikan oleh akhi OPICK dalam syairnya :
Obat hati ada lima perkaranya
Yang pertama baca Quran dan maknanya
Yang kedua sholat malam dirikanlah
Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima dzikir malam perpanjanglah
Maka wahai hamba-hamba yang dirahmati ALLAH, maukah engkau menjadi salah seorang Ahli Syurga ALLAH..? Niscaya hendaklah kamu mensyucikan hatimu dari sekalian penyakit itu dan obatilah dengan semakin mendekatkan diri kepada ALLAH Subhana wa Ta’ala dan peliharah sifat – sifat yang mulia lagi terpuji yaitu sifat – sifat laki-laki yang shaleh lagi shalehah, niscaya yang sedemikian itu telah menghampirkan dirimu ke syurga. Insha ALLAH Ta’ala
Artikel ini merupakan kajian penulis (admin blog), untuk itu mohon maaf atas segala kesalahan maupun kekurangan yang terdapat didalamnya.
Jika terdapat perkataan yang tiada berkenan bagimu dalam artikel ini, niscaya kepada ALLAH aku memohon ampun sedang kepada kamu sekalian aku memohon maaf.
Jazzakumullahu khairan katsiron…

Bekerja Sebagai Pegawai


Seorang muslim boleh saja bekerja mencari rezeki dengan jalan menjadi pegawai, baik itu pegawai negeri atau swasta, selama dia mampu memikul pekerjaannya dan dapat menunaikan kewajiban. Tetapi di samping itu seorang muslim tidak boleh mencalonkan dirinya untuk suatu pekerjaan yang bukan ahlinya, lebih-lebih menduduki jabatan hakim.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahawa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda sebagai berikut: “Siallah Amir, siallah kepala dan siallah kasir. Sungguh ada beberapa kaum yang menginginkan kulit-kulitnya itu bergantung di bintang yang tinggi, kemudian mereka akan diulurkan antara langit dan bumi, kerana sesungguhnya mereka itu tidak pernah menguasai suatu pekerjaan.” (Riwayat Ibnu Hibban dan al-Hakim, ia sahkan sanadnya)
Abu Dzar pernah juga meminta kepada Nabi untuk diberi suatu jabatan, maka oleh Nabi ditepuknya pundak Abu Dzar sambil beliau bersabda: “Hai Abu Dzar! Engkau orang lemah, kekuasaan adalah suatu amanat dan kelak di hari kiamat akan menyusahkan dan menyesalkan, kecuali orang yang dapat menguasainya kerana haknya dan melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.” (Riwayat Muslim)
Dan sabda Rasulullah juga tentang masalah hakim sebagai berikut: “Hakim itu ada tiga macam: Satu di sorga dan dua di neraka. Yang di sorga, iaitu seorang hakim yang tahu kebenaran dan ia menghukum dengan kebenaran itu. (2) Seorang laki-laki yang tahu kebenaran tetapi dia menyimpang dari kebenaran itu, maka dia berada di neraka. (3) Seorang laki-laki yang menghukum manusia dengan membabi-buta (bodoh), maka dia di neraka.” (Riwayat Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Majah)
Jadi sebaiknya seorang muslim tidak perlu ambisi kepada kedudukan-kedudukan yang besar dan berusaha di belakang kedudukan itu sekalipun dia ada kemampuan. Sebab kalau kedudukannya itu dijadikan pelindung, maka kedudukannya itu sendiri akan menghambat dia. Dan barangsiapa mengarahkan setiap tujuannya itu untuk show di permukaan bumi ini, maka dia tidak akan peroleh taufik dari lanqit.
Telah bersabada Rasulullah s.a.w. kepadaku: “Hai Abdurrahman! Jangan kamu minta untuk menjadi kepala, kerana kalau kamu diberinya padahal kamu tidak minta, maka kamu akan diberi pertolongan, tetapi jika kamu diberinya itu lantaran minta, maka kamu akan dibebaninya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
“Dari Anas, bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa mencari penyelesaian suatu hukum tetapi dia minta supaya dibela, maka hal itu akan dibebankan kepada dirinya. Dan barangsiapa dipaksakannya, maka Allah akan mengutus Malaikat supaya meluruskannya.” (Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)
Ini, kalau dia tidak tahu, bahawa orang lain tidak akan mampu mengatasi kekosongan itu dan apabila dia tidak tampil niscaya kemaslahatan akan berantakan dan retak tali persoalan. Kalau dia tahu hanya dialah yang mampu, maka dia boleh bersikap seperti apa yang dikisahkan al-Quran kepada kita tentang Nabiullah Yusuf a.s. dimana ia berkata kepada tuannya:
“Jadikanlah aku untuk mengurus perbendaharaan (gudang) bumi, kerana sesungguhnya aku orang yang sangat menjaga dan mengetahui.” (Yusuf: 55)
Demikianlah tata-tertib Islam dalam mengatur masalah mencari pekerjaan-pekerjaan yang bersifat politis dan sebagainya.

Pedoman Secara Umum Tentang Bekerja


Pedoman secara umum tentang masalah kerja, iaitu Islam tidak membolehkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja mencari wang sesuka hatinya dan dengan jalan apapun yang dimaksud. Tetapi Islam memberikan kepada mereka suatu garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam mencari perbekalan hidup, dengan menitikberatkan juga kepada masalah kemaslahatan umum. Garis pemisah ini berdiri di atas landasan yang bersifat kulli (menyeluruh) yang mengatakan: “Bahawa semua jalan untuk berusaha mencari wang yang tidak menghasilkan manfaat kepada seseorang kecuali dengan menjatuhkan orang lain, adalah tidak dibenarkan. Dan semua jalan yang saling mendatangkan manfaat antara individu-individu dengan saling rela-merelakan dan adil, adalah dibenarkan.”
Prinsip ini telah ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu memakan harta-harta saudaramu dengan cara yang batil, kecuali harta itu diperoleh dengan jalan dagang yang ada saling kerelaan dari antara kamu. Dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu, kerana sesungguhnya Allah maha belas-kasih kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan sikap permusuhan dan penganiayaan, maka kelak akan Kami masukkan dia ke dalam api neraka.” (an-Nisa’:29-30)
Ayat ini memberikan syarat boleh dilangsungkannya perdagangan dengan dua hal:
1. Perdagangan itu harus dilakukan atas dasar saling rela antara kedua belah pihak.
2. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak dengan merugikan pihak lain.
Syarat kedua ini dapat kita ambil dari kata-kata dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu.
Perkataan ini ditafsirkan oleh ahli-ahli tafsir dalam dua pengertian yang masing-masing sesuai dengan proporsinya:
Arti pertama: Satu sama lain tidak boleh bunuh membunuh.
Arti kedua: Kamu tidak boleh membunuh diri diri kamu dengan tangan-tangan kamu sendiri.
Walhasil ayat ini memberikan pengertian, bahawa setiap orang tidak boleh merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri (vested interest). Sebab hal demikian, seolah-olah dia menghisap darahnya dan membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri. Misalnya mencuri, menyuap, berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba dan lain-lain pekerjaan yang diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan.
Tetapi apabila sebahagian itu diperoleh atas dasar saling suka sama suka, maka syarat yang terpenting jangan kamu membunuh diri kamu itu tidak ada [38].

Hakikat Dan Kewajiban Mengucapkan Salam Kepada Sesama Mukminin Dan Mukminah, Serta Pahala Bagi Orang- Orang Yang Mengucapkan Salam Karena Para Ahli Syurgapun Mengucapkan Salam


Sesungguhnya hakikat daripada mengucapkan salam “Assalamu ‘alaikum” apabila kamu menjumpai lebih dari satu orang, dan suatu majelis atau keramaian, “Assalamu ‘alaika” apabila kamu menjumpai seorang akhi dan “Assalamu ‘alaiki” apabila kamu menjumpai seorang ukhti. Maka itulah salam sebagai identitas Islam sesama kamu kepada saudara-saudarimu yang lain, yaitu sebagai Rahmat ALLAH atas kamu sekalian mukminin dan mukminah dimuka bumi.
Sedang ALLAH Tabaraka wa Ta’ala menaungi kamu sekalian dengan keselamatan lagi Rahmat-Nya didunia maupun di negeri akhirat kelak, Assalamu ‘alaika “keselamatan bagimu” (akhi), atau Assalamu ‘alaiki “keselamatan bagimu” (ukhti) dan Assalamu ‘alaikum “Keselamatan atas kamu sekalian” (lebih dari 1 orang baik akhi maupun ukhti), karena sesungguhnya ALLAH Tabaraka wa Ta’ala telah memberi jaminan keselamatan didunia maupun di akhirat kelak bagi seluruh muslimin dan muslimah..
ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :
سَلَامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.  Yaasiin: 058.
maka kamu ucaplah salam dan katakanlah kepada seluruh saudara-saudarimu muslimin dan muslimah bahwasanya Keselamatan daripada ALLAH Tabaraka wa Ta’ala-lah baginya dan bagi seluruh mukminin dan mukminah di muka bumi sedang kamu sekalian berada didalam naungan Iman lagi Agama yang benar disisi ALLAH Tabaraka wa Ta’ala.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ 
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Ali-’Imraan : 019. 
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ 
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Ali-’Imraan : 085. 
Mengucapkan Salam Apabila Bertemu Dengan Sesama Muslim
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: “Apabila seseorang di antara engkau semua bertemu saudaranya – yakni sesama Muslim, maka hendaklah mengucapkan salam padanya. Jikalau antara keduanya itu terhalang oleh sebuah pohon, dinding atau batu kemudian bertemu lagi dengan saudaranya itu, maka hendaklah bersalam pula sekali lagi.” (Riwayat Abu Dawud)
Mengucapkan salam hukumnya adalah wajib antara sesama kamu, baik apabila kamu menjumpai saudara-saudari muslimmu yang lain yang kamu kenal ataupun yang tiadalah kamu mengenalnya, baik dijalan, tempat umum dan sebagainya.Oleh karena tiadalah yang lebih utama perkaranya, apabila seorang mukmin berjumpa dengan saudara yang seiman dengan dia maka hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiallahu ‘anhuma bahawasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: “Manakah amalan Islam yang terbaik?” Beliau menjawab: “yaitu engkau memberikan makanan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang sudah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal.” (Muttafaq ‘alaih)
dan siapakah yang hendaknya terlebih dahulu mengucapkan salam itu di antara kamu apabila ia berjumpa dengan saudaranya..? maka..dialah sesiapa yang merasa hendak lebih dekat kepada ALLAH dengan sekalian Rahmat-Nya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
Dari Abu Umamah iaitu Shudai bin ‘Ajlan al-Bahili r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seutama-utama manusia dengan Allah – yakni yang lebih berhak mendekat kepada Allah – ialah orang yang memulai memberikan salam di kalangan mereka itu.”
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Ini juga diriwayatkan oleh Imam Termidzi dari Abu Umamah pula, demikian riwayatnya: Rasulullah s.a.w. ditanya: “Ya Rasulullah, ada dua orang yang saling bertemu muka, maka manakah di antara keduanya itu yang memulai bersalam.” Beliau s.a.w. menjawab: “Ialah yang lebih utama di antara keduanya itu dengan Allah Ta’ala” maksudnya orang yang lebih mendekatkan dirinya kepada Allah dengan mentaatiNya, sebab yang memulai itulah yang lebih dulu berzikirnya kepada Allah. Jadi lebih berhak untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Mengucapkan Salam Jika Ingin Bertamu Kerumah Orang Lain
Kemudian apabila kamu hendak kebertamu kerumah saudara-saudari yang lain, maka hendaklah kamu mengucapkan salam dan janganlah kamu masuk kepada rumah itu sebelum salammu itu dijawab oleh sang ahli rumah.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتاً غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. An-Nuur : 027.
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنفُسِكُمْ أَن تَأْكُلُوا مِن بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُم مَّفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَأْكُلُوا جَمِيعاً أَوْ أَشْتَاتاً فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتاً فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. An-Nuur : 061.
Para Ahli Syurgapun Mengucapkan Salam
Dinegeri keselamatan tiap-tiap muslimin dan muslimah yang beramal sholeh yaitu Syurga, tiadalah di negeri terdapat kata-kata yang tiada berfaedah antara sesama mereka. Melainkan ucapan selamat daripada ALLAH Tabaraka wa Ta’ala lagi para Malaikat – malaikat-Nya.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Ber-Firman :
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً إِلَّا سَلَاماً وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيّاً
Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang. Maryam  : 062.
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍسَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Ar-Ra’d : 23-24.
Pahala Bagi Yang Mangucapkan Salam
Jika mengucapkan salam adalah wajib, maka sesungguhnya segala kewajiban yang ALLAH Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya tetapkan atas sekalian mukminin dan mukminah adalah suatu amalan ibadah bagi manusia. Sedang tiap-tiap amal ibadah kepada ALLAH Ta’ala, maka ALLAH Ta’ala telah menetapkan suatu ganjaran pahala menurut amalannya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu ‘anhuma, ia berkata : Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tadi lalu duduk terus bersabda: “Sepuluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan sepuluh kalinya. Selanjutnya datang pula orang lain lalu ia mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Beliau s.a.w. lalu membalas salamnya orang itu, lalu duduk lagi: “Dua puluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan dua puluh kali. Seterusnya ada pula orang lain yang datang, lalu mengucapkan: Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tersebut, lalu duduk terus bersabda: “Tiga puluh,” maksudnya pahalanya dilipatkan tiga puluh kali. 
Jazzakumullahi Khoiraan Katsiraa..